Belandapernah melakukan politik adu domba di nusantara, yaitu antara - 28867471 azzahraranianabilah3 azzahraranianabilah3 21.04.2020 Iklan LOIOIOIOI LOIOIOIOI Jawaban: Jawaban:Belanda pernah melakukan politik adu domba antara → Raja Gowa Sultan Hasanuddin dengan Raja Bone (Aru Palaka). Iklan Iklan kristian77 kristian77 Selarung Nostalgia Beberapaperaturan penjajah Belanda yang menyengsarakan rakyat nusantara yaitu: Baca juga: Memaknai Hari Kebangkitan Nasional (Bag 1) Politik adu domba; VOC melakukan politik adu domba (devide et impera) yaitu saling mengadu domba antara kerajaan yang satu dengan kerajaan lain atau adu domba di dalam satu kerajaan di berbagai daerah di nusantara. KelicikanBelanda Hancurkan Indonesia Lewat Politik Adu Domba. Sabtu 02 Apr 2016 07:00 WIB. Red: Karta Raharja Ucu. 0. Ilustrasi tentara Belanda pada 1942. Foto: hellfire-pass.commemoration.gov.au. REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Alwi Shahab. Sekalipun pemerintah kolonial bersikap sangat keras terhadap Pan Islam (gerakan yang mempersatukan segenap umat cash. A. Pengertian Politik Adu DombaPolitik adu domba divide et impera atau politik pecah belah adalah kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukkan. Politik pecah belah juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat. Secara harfiah kata Devide et Impera diartikan menjadi kata pecah, dan berkuasa. Strategi itu diperkenalkan oleh seorang bernama Julius Cesar guna sebagai upaya dalam membangun kekaisaran Romawi. Devide et Impera atau politik adu domba adalah strategi politik, militer, dan ekonomi dengan cara memunculkan perpecahan pada suatu daerah agar dapat mudah untuk mereka pecah belah ini kemudian menjadi strategi perang yang diterapkan oleh bangsa-bangsa kolonialis mulai pada abad 15 Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris, Prancis. Bangsa-bangsa tersebut melakukan ekspansi dan penaklukan untuk mencari sumber-sumber kekayaan alam, terutama di wilayah tropis. Seiring dengan waktu, metode penaklukan mereka mengalami perkembangan, sehingga politik pecah belah tidak lagi sekadar sebagai strategi perang namun lebih menjadi strategi politik. Politik Devide et Impera di Nusantara, terutamanya di wilayah Indonesia pertama kali dipopulerkan oleh Belanda lewat VOC atau disebut juga Vereenigde Oostindische Compagnie. Selain monopoli yang merupakan salah satu siasat yang dilakukan oleh VOC guna menaklukkan Nusantara yaitu Devide et adu domba ini juga dijadikan sebagai suatu kebiasaan bagi VOC guna melakukan hal politik, ekonomi, dan juga militernya. Orientasinya yaitu mencari sebuah keuntungan dengan sebanyak-banyaknya dengan cara menaklukkan raja-raja yang berada di wilayah Asal Usul Politik Adu DombaPenjajah kolonial Belanda memiliki strategi politik pecah belah yang digunakan untuk menggagalkan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI pasca kemerdekaan Indonesia 1945. Politik pecah belah adalah pertengkaran yang digunakan untuk bertujuan memecah belah suatu bangsa agar dapat menaklukkan wilayah atau daerah yang bertujuan untuk mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah belah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil agar mudah untuk membentuk negara boneka pada tahun 1947-1948 yang meliputi lima negara boneka, antara lain Negara Indonesia Timur sekarang Papua, Negara Sumatera Timur, Negara Madura, Negara Pasundan, Negara Sumatera Selatan dan Negara Jawa Timur. Tujuan belanda membentuk negara boneka untuk menjanjikan kemerdekaan pada negara-negara awal terjadinya suatu Perang Dunia II tersebut, bertepatan pada tanggal 6 dan 8 Agustus 1945. Pada saat itu Jepang telah mengaku kalah dari tentara sekutu dengan pengeboman kota Hiroshima dan Nagasaki. Pada tanggal 14 Agustus 1945, akhirnya Jepang menyerah pada sekutu dan kemudian para sekutu memerintahkan Jepang untuk melaksanakan status quo memiliki arti bahwa kondisi untuk tetap menjaga situasi dan kondisi sebagaimana adanya pada saat itu sampai kedatangan tentara sekutu ke Indonesia. Pada tanggal 16 September 1945 di Tanjung Priok terdapat rombongan Belanda dan perwakilan sekutu yang sedang tentara sekutu tersebut, didampingi Netherland Indies Civil Administration – pemerintahan sipil Hindia Belanda NICA yang dipimpin oleh Dr. Hubertus J van Mook. Pertemuan tersebut membuka perundingan atas dasar pidato siaran radio Ratu Wilhelmina tahun 1942 yang membahas mengenai staatkundige concept atau disebut juga dengan konsepsi Jepang mengakibatkan terjadinya kekosongan pemerintahan yang berkuasa di Indonesia. Pada tanggal 16 Agustus 1945 para pemuda Golongan Muda membuat strategi dengan melakukan penculikan terhadap Soekarno-Hatta yang kemudian membawa keduanya ke Rengasdengklok Peristiwa tersebut merupakan penculikan terhadap dua bapak proklamator Republik Indonesia Soekarno-Hatta ke Karawang, Jawa Barat yang bertujuan untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal tersebut bertolak belakang dengan Belanda yang menolak akan kemerdekaan Indonesia 1945, karena Belanda ingin kembali berkuasa. Hal tersebut yang mengawali terjadinya agresi militer I 1947 dan agresi militer II Belanda I dan II, terjadi Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Belanda masih kokoh untuk meminta pengembalian semua wilayah bekas jajahan Belanda yang masih menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Dengan merdekanya negara Indonesia membuat negara tersebut menjadi negara berdaulat. Serta membuat Indonesia harus melawan Belanda untuk mempertahankan teritori yang sudah dideklarasikan dari Sabang sampai itu pada Perjanjian Linggarjati Pada tahun 1946, terjadi suatu perjanjian yang bernama Perjanjian Linggarjati di Linggarjati, Jawa Barat yang dihadiri oleh pihak Indonesia yaitu Sultan Syahrir dan pihak Belanda diwakili oleh Wim Schermerhorn. Perjanjian tersebut menghasilkan resolusi yang melemahkan Indonesia secara de Facto yang hanya mengakui Jawa, Sumatera dan Madura sebagai bagian dari negara akhirnya terjadilah suatu Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947. Pada perundingan perjanjian Linggarjati pihak Belanda dari Wakil Gubernur Jenderal Belanda Johannes van Mook menegaskan bahwa hasil perundingan tersebut tidak berlaku lagi, menegaskan tersebut terjadi pada tanggal 21 Juli Belanda akan memulai operasi militer Agresi Militer Belanda I yang berlangsung sampai 5 Agustus 1947. Operasi militer tersebut bernama Aksi Polisionil dan menyatakan tindakan ini sebagai urusan dalam negeri. Pembentukan agresi Belanda bertujuan untuk merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah yang memiliki sumber daya alam terutama pada Perjanjian Renville 1948 terjadi akibat tindakan Belanda yang membentuk agresi militer I akhirnya pihak Amerika Serikat turun tangan untuk menetralkan situasi dengan menjadi penengah antara Indonesia dan Belanda. Oleh sebab itu kedua belah pihak menandatangani perjanjian Renville pada tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika Serikat sebagai tempat netral USS Renville yang sedang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, perundingan dari perjanjian renville 1948 adalah Indonesia berhasil memaksakan gencatan senjata tapi kehilangan sebagian wilayahnya, sedangkan untuk Belanda hanya mengakui kedaulatan Republik Indonesia RI di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Sumatera serta meminta Tentara Negara Indonesia TNI menarik pasukannya dari wilayah itu, terjadilah suatu Agresi Militer Belanda II pada tahun 1948. Pada saat itu Belanda melakukan pemberontakan pada tanggal 19 Desember 1948 terhadap isi perjanjian renville dan melanggar gencatan senjata. Belanda melakukan penyerangan dengan mengerahkan pasukannya yang kemudian menyerang ibu kota Indonesia yang pada saat itu di Yogyakarta. Selain itu Belanda melakukan penangkapan beberapa tokoh Indonesia antara lain Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh terbentuklah Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949. Ketika itu Amerika Serikat melakukan perundingan Konferensi Meja Bundar KMB dengan menekan Belanda dan Indonesia di Den Haag pada tanggal 2 November 1949. Perundingan tersebut membahas terkait pengembalian seluruh wilayah jajahan Belanda kepada Indonesia termasuk Papua di perjanjian ini menyatakan bahwa Belanda menyetujui untuk mentransfer kedaulatan politik mereka atas seluruh wilayah bekas Hindia Belanda menjadi Indonesia. Wilayah Papua Barat merupakan satu-satu bagian wilayah yang tidak dipindahkan ke Indonesia, tetapi akan dibahas kembali setelah setahun kemudian pada tahun akhirnya Negara bagian Indonesia Timur atau yang tepatnya berada di daerah Papua wilayah Indonesia pada tahun 1947 hingga 1948 mengakibatkan Belanda menguasai Indonesia dengan mudah dan membagi-bagi menjadi kelompok kecil dengan total 6 bagian negara antara lain Negara Indonesia Timur sekarang Papua, Negara Sumatera Timur, Negara Madura, Negara Pasundan, Negara Sumatera Selatan dan Negara Jawa bagian Papua masih belum dikembalikan oleh Belanda hingga tahun 1961 yang seharusnya Belanda harus mengembalikan Papua menjadi bagian wilayah dari Indonesia yang sesuai dengan hasil perundingan hasil Konferensi Meja Bundar KMB di Den Haag, Belanda yang dibahas satu tahun kemudian pada tahun 1950. Alasan Belanda masih menjadikan wilayah Papua menjadi miliknya karena Belanda masih mau mempertahankan pengaruhnya di kawasan Asia Pasifik dan untuk memperkuat basis ekonominya di wilayah tersebut membuat Belanda untuk mendirikan negara boneka Papua. Pada tanggal 19 Oktober 1961 Belanda memulai dengan membentuk komite bernama New Guinea Council . Komite tersebut bertugas untuk merancang Manifesto untuk Kemerdekaan dan Pemerintahan Mandiri, bendera nasional atau disebut juga Bendera Bintang Kejora, cap negara, memilih lagu kebangsaan yaitu Hai Tanahku Papua dan meminta masyarakat untuk dikenal sebagai orang tanggal 18 November 1961 Belanda mengakui bendera dan lagu kebangsaan Papua dan peraturan tersebut mulai berlaku pada tanggal 1 Desember 1961. Selain itu pada tahun 1961 Belanda mendirikan pasukan Papoea Vrijwilligers Korps atau Korps Relawan Papua PVK dan tentara buatan Belanda yang terdiri dari pribumi sebab itu, terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan oleh bangsa kolonial. Beberapa hal tersebut meliputi teknik dalam politik pecah belah, dan juga upaya-upaya dalam politik adu domba. Nah, untuk mengetahuinya lebih jelasnya kamu dapat memperhatikan penjelasan di bawah Upaya Dalam Politik Adu DombaDi dalam melakukan politik pecah belah ini terdapat beberapa unsur yang dijadikan sebagai teknik pada politik adu domba di antaranya,1. Mendorong, dan menciptakan sebuah perpecahan di dalam masyarakat guna mengurangi aliansi yang dapat melawan kekuasaan yang Mempromosikan, atau membantu mereka yang ingin melakukan kerjasama dengan kekuasaan yang Mendorong permusuhan, dan rasa ketidakpercayaan antar kelompok atau Mendorong sikap konsumerisme yang bertujuan untuk melemahkan biaya politik maupun berbagai macam strategi yang dilakukan oleh bangsa-bangsa kolonial. Salah satu strategi para penjajah yang paling ampuh untuk menghadapi perlawanan dengan penguasa lokal, yaitu melalui politik adu domba. Langkah awal dari VOC yakni mampu untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan besar yang berada di wilayah nusantara dengan memanfaatkan perang antar saudara maupun adanya permusuhan antar rencana pertama mereka berhasil dengan menggunakan politik adu domba. Mereka juga sukses untuk membuat bangsa Indonesia berkonflik dan berebut kekuasaan di wilayah nusantara. Dengan membuat efektivitas devide et impera pun menjadi Efektif dan memperoleh perhatian secara khusus dari pemerintah kerajaan Bangsa kolonial karena berhasil membuat sebuah perpecahan yang terjadi di wilayah beberapa macam upaya-upaya yang dilakukan bangsa kolonial guna menaklukkan wilayah kekuasaan Nusantara ketika menerapkan politik devide et impera di antaranya,1. Menjadi Teman dan Menciptakan musuhPada upaya-upaya ini, Bangsa kolonial, berusaha untuk menjadikan bangsa Indonesia sebagai teman. Setelah itu, mereka menciptakan seorang musuh secara bersama. Hal itu karena manakala bangsa kolonial telah berteman, maka segala proses negosiasi dan diplomasi tersebut akan berjalan secara mudah, dan lancar. Dengan semua halnya menjadi mudah maka akan membuat negara tersebut menghancurkan negara lainnya. Hingga akhirnya membuat pihak lain dijadikan sebagai saingan bisnis VOC. Itulah yang dinamakan menciptakan Manajemen isuPada upaya yang kedua ini yaitu dengan manajemen isu, pada biasanya pola yang dilakukan bangsa kolonial yaitu dengan menebar selentingan kabar maupun desas-desus baik dilakukan di lingkungan politik atau sosial. Bentuk lain dari manajemen isu yaitu Bermain di dua sisiUpaya yang dilakukan berikutnya yaitu bermain di dua sisi. Bangsa kolonial pada umumnya akan berpihak oleh dua kubu yang saling bertentangan seolah berada posisi Merekrut pemimpin lokalPada umumnya kolonial akan merekrut seorang pemimpin lokal menjadi bagian dari rantai manajemen bawah. Trik itu dilakukan guna memberikan pengakuan yang mengatasnamakan bangsa kolonial terhadap entitas politik di suatu daerah. Hal itu serupa dengan terjadinya sebuah Perang Diponegoro dan Kesultanan Mengatur terjadinya perang saudaraLangkah itu dilakukan dengan memakai pribumi sebagai kekuatan militer guna melawan bangsanya sendiri. Pola tersebut tampak pada sejarah di Sumatera Barat pada tahun 1821-1837, yang mana ketika itu bangsa kolonial berhasil untuk memprovokasi Kaum Adat guna melakukan sebuah peperangan melawan Kaum Dampak Politik Adu Domba di IndonesiaPada masa penjajahan Belanda, politik adu domba memberi dampak yang sangat besar terhadap keutuhan wilayah-wilayah di nusantara. Ketidaktahuan rakyat pada masa itu membuat Belanda dengan mudah memecah belah persatuan dan muncul kelompok-kelompok kecil dengan kedudukan yang lemah. Permusuhan antar kelompok tersebut kemudian berkembang menjadi bentrok antar wilayah yang sering terjadi. Tujuan untuk mencapai persatuan pun makin sulit masa sekarang, politik adu domba menyebabkan perselisihan di masyarakat seolah masyarakat kita masih suka diadu-adu dan mudah terpancing isu. Budaya baca yang rendah membuat masyarakat lebih sering melahap mentah-mentah berita yang beredar. Akibatnya masalah kecil bisa berkembang menjadi masalah yang besar. Misalnya saja elit politik yang memanfaatkan isu-isu bertema SARA dan sengaja dilempar ke media untuk memunculkan ketegangan di ini tentunya mengancam kerukunan dan toleransi antar umat beragama, suku dan ras. Tersebarnya berita-berita yang belum tentu kebenarannya juga dapat membuat resah masyarakat. Hubungan pertemanan pun menjadi renggang hanya gara-gara memiliki pandangan politik yang yang digunakan dalam strategi politik adu domba sebetulnya adalah untuk menciptakan perpecahan dan mencegah terbentuknya kelompok yang memiliki kekuatan dan pengaruh yang besar. Akibatnya muncul tokoh-tokoh boneka’ yang saling melemahkan satu sama lain dan mendorong rasa tidak percaya antar kita sebagai bangsa Indonesia tentu tidak ingin negara menjadi terpecah belah. Maka dari itu kita jangan lagi mau diadu domba. Sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk selalu menguatkan tali persatuan tanpa memandang suku, agama dan ras. Arti Politik Adu Domba Devide Et Impera HITAM PUTIH – Apa yang dimaksud dengan politik pecah belah yang diterapkan oleh Belanda? Divide et impera merupakan kombinasi strategi orang belanda dalam hal politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukkan. Dalam konteks lain, politik pecah belah juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat. Secara harfiah, devide et impera dapat diartikan sebagai “pecah dan berkuasa”. Strategi ini dipopulerkan oleh Julius Cesar dalam upayanya membangun kekaisaran Romawi. Caranya adalah dengan menimbulkan perpecahan di suatu wilayah sehingga mudah untuk dikuasai. Dalam konteks lain, devide et impera juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat. Seiring waktu, devide et impera juga dikenal sebagai politik pecah belah atau politik adu domba. Politik devide et impera di Indonesia Devide et impera perama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Belanda melalui VOC Vereenigde Oostindische Compagnie. Selain monopoli, salah satu siasat yang digunakan oleh VOC untuk menguasai nusantara adalah devide et impera. Politik adu domba bahkan dijadikan kebiasaan oleh VOC dalam hal politik, militer, dan ekonomi untuk melestarikan penjajahannya di Indonesia. Orientasinya adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan menaklukkan raja-raja di nusantara. Strategi Belanda yang paling ampuh menghadapi perlawanan dari penguasa lokal adalah dengan meakukan politik adu domba. VOC pun mampu menaklukkan kerajaan-kerajaan besar di nusantara dengan memanfaatkan perang saudara ataupun permusuhan antarkerajaan. Berikut beberapa contoh keberhasilan VOC dalam melaksanakan devide et impera di nusantara 1. Perang Makassar Dalam perang ini, VOC berhasil menaklukkan Kesultanan Gowa dan Kota Makassar pada 1669 karena dibantu oleh Raja Bone dan Arung Palakka yang tengah berseteru dengan Sultan Hasanudin. 2. Konflik Kerajaan Mataram Konflik ini membuat posisi VOC sangat diuntungkan, sedangkan posisi Kerajaan Mataram semakin melemah karena terbagi menjadi empat kerajaan. Selain itu, Belanda juga berupaya melakukan siasat devide et impera pada Perang Saparua, Perang Padri, Perang Diponegoro atau Perang Jawa, Perang Aceh, Perang Banjar, dan Perang Jagaraga. Penggunaan politik adu domba sukses membuat bangsa Indonesia berkonflik dan berebutt kekuasaan. Efektivitas devide et impera pun mendapat perhatian khusus oleh pemerintah Kerajaan Belanda. Strategi Belanda di Nusantara Berikut strategi yang dilakukan Belanda saat menerapkan politik devide et impera Make friends and create common enemy Pada langkah ini, Belanda akan berusaha menjadi teman dan menciptakan musuh bersama. Apabila sudah berteman, maka negosiasi dan diplomasi akan berjalan lebih mudah. Sementara common enemy yang dimaksud adalah pihak lain yang menjadi saingan bisnis VOC. Manajemen isu Pola ini dilakukan dengan menebar selentingan kabar dan desas-desus, baik di lingkungan politik maupun sosial. Bentuk lain dari manajemen isu adalah propaganda. Bermain di dua sisi Belanda biasanya akan berpihak pada dua kubu yang saling bertentangan seolah berada posisi netral. Merekrut pemimpin lokal Belanda biasanya akan merekrut pemimpin lokal sebagai bagian dari rantai manajemen terbawah. Trik ini dilakukan dengan memberi pengakuan yang mengatasnamakan kerajaan Belanda terhadap entitas politik di suatu daerah. Seperti yang terjadi pada Perang Diponegoro dan Kesultanan Melayu. Mengatur terjadinya perang saudar Cara ini dilakukan dengan menggunakan pribumi sebagai kekuatan militan untuk melawan bangsanya sendiri. Pola ini terlihat di Sumatera Barat pada 1821-1837, saat Belanda berhasil memprovokasi Kaum Adat untuk berperang melawan Kaum Paderi. Devide et impera pasca proklamasi kemerdekaan RI Pasca proklamasi kemerdekaan, Belanda kembali mencoba menerapkan politik devide et impera untuk memecah belah persatuan Indonesia. Upayanya pun berhasil memecah Indonesia menjadi negara-negara bagian, yaitu Negara Indonesia Timur sekarang Papua, Negara Sumatera Timur, Negara Madura, Negara Pasundan, Negara Sumatra Selatan, dan Negara Jawa Timur. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Hubungan Sunda dan Jawa sebelumnya berlangsung dengan harmonis, bukti keharmonisan hubungan tersebut ialah dengan adanya naskah-naskah kuno diantaranya 1. Kitab Calon Arang, menceritakan hubungan niaga beberapa daerah di Nusantara salah satunya hubungan niaga antara kerajaan Sunda dengan Jawa timur kerajaan Daha atau kerajaan Kediri yang berlangsung dengan baik. 2. Kitab Tanti Panggelaran, kitab yang ditulis dengan bahasa Jawa tengahan yaitu bahasa Jawa yang mengalami transisi dari bahasa Jawa kuno ke bahasa Jawa modern. Kitab ini menceritakan kondisi pulau Jawa dari zaman purba, salah satu bahasan dalam kitab ini mengenai wilayah kerajaan yang berkembang di Jawa barat, gunung-gunung yang di anggap suci di Jawa barat, juga membicarakan budaya Jawa kuno dan Sunda Sejarah Mengenai Perang BubatLatar belakang dari perang Bubat ini menurut kidung Sunda merupakan konflik antara kepentingan Hayam Wuruk yang merupakan salah satu raja di kerajaan Majapahit dengan Gajah Mada yang merupakan Patih atau penasihat di kerajaan Majapahit. Hayam Wuruk yang tak kunjung menikah pada saat itu mengadakan sayembara dengan mengirimkan utusan ke berbagai kerajaan ke segala penjuru Nusantara. Para utusan tersebut membawa lukisan-lukisan putri raja dari kerajaan yang di datanginya namun tidak ada yang mampu menarik perhatian Hayam Wuruk. Tak lama kemudian Hayam Wuruk mendapat kabar bahwa putri di kerajaan Sunda memiliki paras yang cantik maka Hayam Wuruk mengirim seorang juru lukis ke kerajaan Sunda. Setelah melihat lukisan tersebut Hayam Wuruk tertarik dan ingin menikah dengan putri kerajaan Sunda yang bernama Dyah Pitaloka Raja kerajaan Sunda sangat senang dan setuju dengan pernikahan yang akan berlangsung. Maka datanglah rombongan kerajaan Sunda dengan jumlah sekitar 2000 kapal termasuk kapal-kapal kondisi di Majapahit sedang sibuk mempersiapkan berbagai persiapan untuk menyambut kedatangan calon permaisuri Hayam Wuruk dan rombongannya. 10 hari kemudian sampailah rombongan dari kerajaan Sunda di desa Bubat. Hayam Wuruk beserta kedua pamannya yang merestui hubungan tersebut yaitu raja Kahuripan dan raja Daha bersiap untuk menyambut kedatangan mereka namun hal tersebut di cegah oleh Gajahmada dengan alasan "tidak seyogyanya seorang Maharaja Majapahit menyongsong seorang raja yang berstatus sebagai raja Vasal seperti raja Sunda, ditakutkan ada seorang musuh yang sedang menyamar" karena ucapan Gajahmada tersebut Hayam Wuruk beserta kedua pamannya Menurut dan menunggu di Sunda yang menunggu terlalu lama mengirim utusan ke rumah Patih gajah Mada dan mengancam bahwa rombongan mereka akan bertolak pulang dan mengira bahwa Hayam Wuruk ingkar janji. Namun yang terjadi di sana ternyata pertengkaran karna gajah Mada ingin orang-orang Sunda bersikap selayaknya vasal-vasal Majapahit yang menurut di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit. Hal tersebut di tolak oleh raja kerajaan Sunda yang lebih memilih gugur sebagai seorang ksatria demi membela kehormatan diri dan kerajaan dari pada hidup tetapi dihina oleh orang Majapahit. Maka perang pun tak peperangan tersebut Raja Sunda dan pasukannya tewas terbunuh, adapun istri dan anaknya yaitu Dyah Pitaloka memilih untuk bunuh diri. Hayam Wuruk terpukul atas kejadian tersebut dan meratapinya. Setelah itu Hayam Wuruk menyelenggarakan upacara untuk menyembah yang kan dan mendoakan para prosesi mendoakan arwah selesai, maka kedua pamannya beserta Hayam Wuruk menyalahkan gajah Mada atas terjadinya pristiwa ini. Hayam Wuruk berniat menghukum mati Gajahmada. Maka datanglah kedua paman Hayam Wuruk ke rumah Gajahmada. Namun gajah Mada dengan menggunakan segala perlengkapan nya melakukan yoga samadi dan setelah itu ia moksa menuju Wuruk yang merasa bersalah kepada kerajaan Sunda meminta maaf dan manifestasi permintaan maaf tersebut berupa naskah kidung Sunda. Sejarah kelam diatas menjadi latar belakang kebencian antara Sunda dan Jawa. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya

belanda pernah melakukan politik adu domba di nusantara yaitu antara